Ijazah merupakan salah satu dokumen penting bagi seseorang. Dokumen ini adalah bukti jika seseorang telah menjalani aktivitas akademis. Selain itu, ijazah juga dijadikan persyaratan dalam beberapa keperluan seperti melamar kerja, kenaikan jabatan, dan lainnya. Namun, kenyataan di lapangan, ada oknum yang justru menggunakan ijazah palsu untuk memuluskan hal itu. Lantas, apa dampaknya bagi institusi pendidikan dan bagaimana mencegahnya? Simak ulasannya berikut ini!
Kasus ijazah palsu di Indonesia
Kasus ijazah palsu di Indonesia sendiri bukanlah hal baru dan masih terus terjadi hingga saat ini. Data yang dilansir dari sebuah investigasi yang dilakukan oleh Tirto menyebutkan bahwa terdapat kampus swasta di kawasan Tangerang yang mampu memproduksi ijazah hingga 873 eksemplar. Padahal, kampus tersebut hanya meluluskan 145 mahasiswa. Itu artinya, ada sekitar 728 ijazah yang dikeluarkan untuk pihak yang tidak jelas.
Masih mengutip dari sumber yang sama, pemalsuan ijazah yang cukup membuat publik heboh dilakukan oleh sekitar 19 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Simeulue, Aceh. Ini terjadi pada Agustus 2018 lalu, tujuannya untuk menaikkan jabatan. Pemalsuan juga pernah dilakukan oleh seorang calon Gubernur Provinsi Sumatera Utara tahun 2018. Akibatnya, calon tersebut batal untuk mengikuti seleksi.
Dampak ijazah palsu terhadap institusi pendidikan
Pemalsuan ijazah dalam beberapa tahun belakangan bukan lagi kasus yang dipandang sebelah mata. Sebab, jika dibiarkan, akan berdampak buruk bagi masyarakat yang menginginkan cara instan meraih gelar akademis. Sementara itu, bagi institusi pendidikan tentu memberikan dampak yang buruk. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
- Reputasi institusi menjadi buruk
Dampak yang pertama dari adanya ijazah palsu ini jelas membuat institusi pendidikan memiliki reputasi yang buruk. Masyarakat menganggap jika institusi tersebut mudah dikendalikan oleh kalangan tertentu demi mendapatkan keuntungan semata. Selain itu, fenomena ini juga bisa mengesampingkan kualitas pendidikan para mahasiswanya.
Selain mendapatkan stigma negatif dari masyarakat, institusi pendidikan juga akan mendapatkan dampak buruk lainnya. Misalnya, akreditasi institusi yang turun sehingga kurang mendapat kepercayaan masyarakat termasuk negara. Buruknya lagi, jika kasus terjadi berulang-ulang di salah satu institusi pendidikan, bukan tidak mungkin, nantinya semua perizinannya dicabut oleh pemerintah.
- Berpengaruh terhadap alumni lain
Menyambung dari poin di atas, dampak yang kedua ialah kepada alumni institusi pendidikan. Ada alumni yang mendapatkan ijazah karena mereka memang menempuh tingkatan akademis secara legal dan memenuhi persyaratan. Akan tetapi, sebagian lainnya dengan mudah mendapatkan ijazah melalui jalan pintas yakni pemalsuan.
Akibatnya, alumni yang menempuh jalur legal terkena imbasnya. Seperti contoh, ketika mereka melamar kerja di perusahaan tertentu, karena ada kasus pemalsuan ijazah di kampusnya, maka perusahaan yang dituju pun akan berpikir dua kali. Bahkan, tidak menerima si pelamar tersebut. Begitu pun dalam mengurus perizinan dan lainnya yang memerlukan ijazah, tentu akan menjadi perhatian lebih karena stigma pemalsuan ijazah di kampusnya sudah menjadi pembicaraan publik.
- Risiko kebocoran data
Ketiga, pemalsuan ijazah bisa jadi celah bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk membocorkan data penting. Baik itu bagi institusi pendidikan hingga perusahaan. Bisa saja pihak pemalsu ijazah menggunakannya untuk aktivitas melanggar hukum dengan mencantumkan nama perusahaan atau institusi pendidikan.
Hal itu dapat berdampak pada kerugian material maupun kepercayaan terhadap nama-nama yang terkait. Sekali lagi, hal tersebut memang menyangkut kredibilitas perusahaan dan kepercayaannya yang semakin menurun. Di sisi lain, perlu waktu yang cukup lama untuk memulihkan nama baik.
Apa yang harus dilakukan institusi pendidikan?
Kasus ijazah palsu bukanlah hal yang tidak dapat dicegah. Sebagai institusi yang mengeluarkan ijazah, ada langkah penting yang perlu diperhatikan. Misalnya saja dengan memperketat pengawasan terhadap sistem pendidikan yang diterapkan, melalui audit, verifikasi, hingga evaluasi secara berkala, dan menutup semua kemungkinan celah pemalsuan ijazah.
Selanjutnya, institusi pendidikan dapat menggunakan sebuah sistem penataan dokumen terbaik. Ini bisa dilakukan dengan mengadakan kerjasama dengan perusahaan atau penyedia layanan pengamanan pencetakan kredensial dokumen. Salah satunya adalah Arlo. Informasi lebih lanjut mengenai produk yang ditawarkan beserta berbagai macam keunggulannya dapat Anda lihat dengan klik di sini.
Fenomena ijazah palsu di Indonesia memang bukanlah hal baru. Akan tetapi, hal ini tidak mungkin untuk tidak diberantas. Cara yang bisa dilakukan oleh berbagai institusi pendidikan adalah dengan menerapkan sistem blockchain dari Arlo guna memperbaiki sistem administrasi maupun kualitas SDM yang dihasilkannya.